Cerita Dewasa – Namaku Wenda. Cerita ini terjadi saat usiaku masih 17 tahun. Waktu itu, aku duduk di kelas 2 SMA swasta yang amat terkenal di Semarang. Aku seorang Chinese, tinggi 158 cm, berat 44 kg, rambutku hitam panjang sepunggung. Kata orang orang, wajahku cantik dan tubuhku sangat ideal. Namun karena inilah aku mengalami malapetaka di hari Sabtu, tanggal 10 Desember.
Seminggu setelah perayaan ultahku yang ke 17 ini, dimana aku akhirnya mendapatkan SIM karena sudah cukup umur, maka aku ke sekolah dengan mengendarai mobilku sendiri, mobil hadiah ultahku Bugatti Veyron. Sepulang sekolah, jam menunjukkan waktu 18:33 (aku sekolah siang, jadi pulangnya begitu malam), aku merasa perutku sakit, jadi aku ke WC dulu.
Karena aku bawa mobil sendiri, jadi dengan santai aku buang air di WC, tanpa harus kuatir merasa sungkan dengan sopir yang menungguku. Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air.
Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak kayu putih. Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku.
Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak kayu putih di kotak obat. Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskannya untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Kuncoro membuka pintu ruang UKS ini.
Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak kayu putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya.
Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma “eeemph… eeemph…”. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas. Namun apa daya tenaga seorang gadis yang cantik dan mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Kuncoro ini? Aku sungguh merasa tak berdaya.
***Cerita Dewasa***
“Halo non Wenda… kok masih ada di sekolah malam malam begini?” tanya Kuncoro dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Doyok, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku Topuiii… Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Kuncoro, tapi ternyata Doyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremas-remas payudaraku.
“Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini neng Wenda yang sering kamu bilang itu kan Ro?” tanya Doyok pada Kuncoro, yang menjawab “iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?” tanya Kuncoro. Sambil tertawa Doyok meremas payudaraku makin keras.
Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Topui yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini.
Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Topui tadi itu kan Doyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Topui yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku. Ataukah… ?
Beberapa saat kemudian Topui datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Topui menyeringai dan berkata, “Dengar! Kalian jangan gegabah.. neng Wenda ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan hahahha!”.
Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS dan mengikatku dengan tali rafia, kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Kuncoro, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus dan harum, serta BH warna hitam yang menutupi payudaraku.
Aku mulai putus asa dan memohon “Pak Topui.. tolong jangan begini pak, kasihan saya..”. Ratapanku ini dibalas ciuman Topui pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong.
“Neng Wenda, tenang saja. Nanti juga neng bakalan merasakan surga dunia kok”, kata Topui sambil tersenyum memuakkan. Kemudian Topui memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini.
Topui kembali ke posnya, Kuncoro dan Doyok meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu. Dan aku kini hanya bisa pasrah mnunggu apa yang akan terjadi nanti.
*** Cerita Dewasa ***
Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai. Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak kayu putih cap cipcup tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 19:57.
Tibalah saatnya aku dieksekusi oleh mereka. Kuncoro masuk, diikuti Doyok, Topui, dan bangsatnya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Sumanto dan Mamat. “Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?”, kata Kuncoro.
Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya. Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan BH dan CD-ku yang warnanya putih.
Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali. Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku merasa jijik ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun..
Aku terus meronta, tapi tiba-tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Kuncoro menyentuh selangkanganku, menekan nekan vagina yang masih terbungkus CD. Aku tak tau sejak kapan, tapi BH yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Kuncoro dan Doyok, membuat tubuhku panas dingin tak karuan.
Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Sumanto mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Mamat meraba dan membelai kedua pahaku.
Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 lelaki laknat sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, kelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak-lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak-sentak, kakiku melejang-lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar.
“oh.. oh… augh.. ngggg.. aaaaaaagh… emmhh” aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku mengalir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. “Enak ya neng? Hahaha… nanti neng pasti minta tambah”. Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Doyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu.
*** Cerita Dewasa ***
Kemudian Topui berkata padaku, “Neng Wenda, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika neng tidak macam-macam, kami akan melepaskan neng setelah kami puas. Tapi jika neng macam-macam, neng akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami. Dan neng tahu kan apa akibatnya? Di situ neng tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya neng?”.
Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semua. “Iya pak ampun, jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak-bapak. Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya, dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya?” pintaku sungguh-sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka.
Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 67 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 67 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang ‘cuma’ berlima ini.
Dan aku benar-benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya… menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut.
“Hahaha, neng Wenda, sudah kami duga neng memang masih perawan. Neng masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh neng yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani neng Wenda yang cantik ini sejak neng masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika neng ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk menghadiahi neng kenikmatan surga dunia.”
“Tenang saja neng. Kami memang menginginkan tubuh neng, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh neng yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang neng, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang neng titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut. Neng Wenda tadi sakit perut kan? Hahaha…” jelas Kuncoro sambil tertawa, tertawa yang memuakkan.
Jadi ini semua sudah direncanakannya! Bajingan betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima.
Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan spermanya di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.
***Cerita Dewasa***
Mereka semua mulai melepas semua pakaiannya, dan ternyata penis-penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis-penis itu begitu besar. Kuncoro mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku.
Kuncoro menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat. Tubuhku yang putih mulus dan harum terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. “Indah sekali neng Wenda, memeknya neng. Rambutnya jarang, halus, putih, cantik, wangi, dan indah sekali”, puji Kuncoro. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan aku selalu merawat vaginaku agar tetap segar, bersih dan harum.
Semakin jelas aku melihat penis kuncoro, yang ternyata paling besar diantara mereka semua, dengan diameter sekitar 5cm dan panjang yang sekitar 19cm. Aku menatap sayu pada Kuncoro. “Pak, pelan pelan pak yah..” aku mencoba mengingatkan kuncoro, yang hanya menganguk sambil tersenyum.
Kini kepala penis Kuncoro sudah dalam posisi siap tempur, dan Kuncoro menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku. Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.
Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Topui dan Doyok, sementara Sumanto dan Mamat bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya. Kembali tubuhku kelojotan dan kakiku melejang-lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Kuncoro yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku.
“Eh.. neng Wenda ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar neng, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera neng rasakan. Tapi ada bagusnya juga lho, memek neng pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembusnya”, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku.
“Aduh.. sakit pak” erangku, dan Kuncoro berkata “Tenang neng, nanti juga enak”. Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi. Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Kuncoro kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Kuncoro terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku.
Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa. Dan Kuncoro terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Kuncoro ke dalam vaginaku.
Topui dan Doyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi. Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. “Ooooooh… aaaauuuugggh… hngggkk aaaaaaagh… aaaaaahhhhhh..“
Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur. Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini.
“Aduh.. sakit pak Kuncoro… ampun”, erangku, namun Kuncoro hanya tertawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, “terus.. terus.. ayoo.. hahaha..”. Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit.
Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Sumanto ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala.
*** Cerita Dewasa ***
Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu. Kuncoro terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan kuncoro memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku.
Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengah, dan urat-urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Kuncoro mulai meracau, “Oh sempitnya memek neng Wenda. aahh.. Enaknya.. ahh.. “ sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku.
Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar-benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.
Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Kuncoro memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Kuncoro. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Sumanto memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini.
Aku gelagapan, dan Sumanto berkata “Isep neng isep. Awas, jangan digigit ya nanti gua tabok lu!” Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Kuncoro. Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Sumanto memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku.
Aku berusaha supaya tidak muntah, meskipun berulang kali aku tersedak. Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Sumanto ini, Mamat meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. “Neng, ayo dikocok!”, perintahnya. Penis itu hampir tak muat di genggaman tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang.
Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba-tiba pintu terbuka, dan pak Ucok, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Kuncoro masih tetap bersemayam dalam vaginaku.
Melihat semuanya ini, pak Ucok membentak, “Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Wenda hah?”. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Sumanto, dan sedikit berteriak “Pak Ucok, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka”.
Pak Ucok seolah tak mendengarku, dan berkata pada Kuncoro, “Kalian ini gak punya otak yah.. ada pesta kok tidak ngajak-ngajak saya sih? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini mah, itu bon gak ketemu juga gak jadi masalah… bahahaha…”. Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Mamat juga kulumanku pada penis Sumanto.
Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir. Setelah sadar bahwa pak Ucok juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Kuncoro berkata, “Pak ucok tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri neng Wenda masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Ucok dulu. Tapi kalo soal memeknya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih”.
Pak Ucok tertawa. “Iya tenang saja nikamatin saja malam ini. Lagi pula ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan?” katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.
***Cerita Dewasa***
Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. “aaaaagh.. paaak… sayaaa… keluaaaar….”, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Ucok yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur.
Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Kuncoro yang berukuran raksasa. Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Kuncoro membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat.
Tapi aku tak tahu, kapan Kuncoro akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 16 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya. Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Mamat dan pak Ucok, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar.
Sumanto mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat-saat tenggorokanku diterjang penis si Sumanto ini. Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu.
Tiba-tiba Kuncoro menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba-tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya. Urat penisnya terasa mengorek-ngorek dinding vaginaku.
“Eh, daripada satu lubang rame-rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame-rame?” tanya Kuncoro pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa. “Akuuur… “, seru mereka, dan Sumanto segera ke belakangku, kemudian meludahi boolku. “Oh Tuhan… aku akan disandwich.. bagaimana ini..”, kataku dalam hati. “Jangaaaan…. Jangan di situuu…!!” teriakku ketakutan.
Namun seperti yang aku duga, Sumanto sama sekali tidak perduli. Aku memejamkan mata ketika Sumanto menempelkan kepala penisnya ke boolku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Kuncoro. “aaaaaagh…” erangku ketika penis Sumanto mulai melesak ke lubang boolku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa.
*** Cerita Dewasa ***
Ludah Sumanto yang bercampur dengan air liurku di penis Sumanto yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera boolku, dan aku kembali mengerang panjang. “aaaaaaaaaaaaagh…. sakiiiiiit…. Jangaaaaan…..”, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam boolku.
Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Mamat mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Mamat ini agak mirip punya Sumanto yang sedang menyodomiku. Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok-nyodok tenggorokanku.
Kini tubuhku benar-benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Sumanto mulai memompa boolku. Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Mamat menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Kuncoro sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Sumanto memundurkan penisnya, penis Mamat juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Kuncoro kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Kuncoro sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku.
Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada boolku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah.
Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci. Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme!
Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Kuncoro.
Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Kuncoro bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Sumanto meremas-remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal. Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini.
Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek tenggorokanku. Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, “hegh.. hu… huoooooooh..”, Kuncoro melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya.
Akhirnya Kuncoro orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Kuncoro.
“Oh.. enake rek, memek amoy seng sek perawan…” kata Kuncoro, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Sumanto dan Mamat cukup pengertian. Sumanto mencabut penisnya dari boolku, dan Mamat tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Kuncoro yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku.
Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini. Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan.
Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku. Bahkan Kuncoro memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya.
Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini. Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. “Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu?” pikirku dalam hati.
Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali.
***Cerita Dewasa***
Lamunanku terputus saat Kuncoro mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku. “neng, kita lanjutin ya”, kata mamat yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini.
“Ooh… aaah….”, erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Kuncoro tadi, karena diameter penis si Mamat memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. “Ooh.. aduuuuh… “, erangku panjang seiring makin menancapnya penis Mamat hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku.
Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Kuncoro yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil ngelinting ganja. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Sumanto mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Mamat yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku.
Baru aku sadar, Mamat ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Sumanto belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap.
Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan… perlahan tapi pasti, boolku kembali ditembus penis Sumanto yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak. Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat.
Kini Topui dan Doyok ikut mengepungku. Mereka masing-masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya. Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata cabul ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya.
“Dioral sekalian Wen, daripada nganggur nih”, katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam. Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Ucok yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku.
Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Sumanto makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi. “eeeeeemmmmph….”, erangku keenakan. Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem melek keenakan.
Tiba tiba penis pak Ucok berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku. Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Ucok dengan kukulum, kujilati, dan kukenyot-kenyot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penisnya yang kecil itu.
Mamat mengejek pak Ucok, “Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya neng Wenda? Bagaimana nanti sama memeknya? Seret banget lho pak”, kata Mamat, yang disambung tawa yang lain. Pak Ucok terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Kuncoro. Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan.
Topui yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Doyok kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Mamat dan Sumanto yang semakin gencar menghajar vagina dan boolku.
Sumanto tiba-tiba mendengus dengus dan melolong seperti serigala “oooooooouuuuggghh…. “, seiring berkedut penisnya dalam boolku, dan menyemprotkan pejunya berulang ulang. Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya.
Dan Doyok menggantikan Sumanto membobol boolku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Doyok, aku tahu penis Doyok tidak panjang, tapi… diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Kuncoro. Oh celaka… penis itu akan segera menghajar boolku. “ooooh… oooooogh… sakiiiit…”, erangku ketika Doyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk.
Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata. Aku semakin tersengat birahi ketika Mamat yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Topui menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Topui ini setipe dengan punya Sumanto atau Mamat.
Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan. Dimulai dari kedutan penis Mamat dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Topui berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku.
Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Doyok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam boolku, diikuti Soleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. “Oooooooohh… aaaaaaargh”, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang.
Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Mamat di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Ucok tadi. Lalu Mamat yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas.
*** Cerita Dewasa ***
Doyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Mamat yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas. Mamat membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Mamat yang panjang. Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Mamat, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Mamat ini.
Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Kuncoro terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Mamat yang bergumul dengan penuh nafsu.
Namun penis Mamat yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Mamat pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Kuncoro segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Kuncoro segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku.
Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Kuncoro yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini. Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Kuncoro dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya.
Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan dem sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Kuncoro dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil. Dengan nafas memburu, Kuncoro melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan.
Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Kuncoro menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.
***Cerita Dewasa***
Kuncoro melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Ucok yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi.
Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku. Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Ucok sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku.
Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam ‘sesi’ ini, memandang yang lain, terutama Topui yang belum sempat merasakan memekku ini. Topui yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga.
Tak lama kemudian, Topui sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Topui cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini.
Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Ucok yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.
Topui mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Topui sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Doyok dan Sumanto akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam boolku.
Sambil keluar Sumanto berkata, “nanti kasihan neng Wenda, kalo memeknya yang bersih jadi kotor kalo kontolku tidak aku cuci”. “iya, juga, kan kasihan, amoy cantik begini harus ngemut kontol yang kotor seperti ini”, sambung Doyok. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka.
Kulayani Topui dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Topui yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Doyok dan Sumanto.
Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Topui kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan.
Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini waktu sudah menunjukkan pukul 21:17 malam. Tak terasa kurang lebih satu jam aku melayani mereka semua.
*** Cerita Dewasa ***
Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Sumanto dan Doyok untuk minum. Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. “Sebentar bapak-bapak yang terhormat, saya mau minum dulu ya”, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke kandang singa ini.
“Pak Kuncoro. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak”, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku. Tapi Kuncoro berkata, “Gak usah neng. Saya belikan saja”.
Kuncoro pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku. Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua.
Tak lama kemudian, Kuncoro kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus. “Pak, masa bapak tega sih udah saya diperkosa begini masih mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya sakit perut lagi?”.
Kuncoro dengan tersenyum menjawab, “nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Eliza gak terlalu capek. Buat tambah tenaga neng”. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan. Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah.
Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Sumanto dan Doyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku. Padahal mereka belum menyentuhku.
Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Sumanto dan Doyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Sumanto melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Doyok memintaku mengoral penisnya.
Karena obat perangsang itu, sebentar-sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah. Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Doyok di vaginaku dan Sumanto di tenggorokanku.
Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan.
Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku.
Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku.
*** Cerita Dewasa ***
Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:58. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih. Aku bangkit berdiri lalu mengelap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Kuncoro melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku.
Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Kuncoro hanya cengengesan dengan tampangnya yang seperti bajingan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat. Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan BH-ku.
Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup BH-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku.
Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah.
“Neng Wenda, kami puas dengan pelayanan neng barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan neng melayani kami untuk waktu berikutnya”, kata Kuncoro. Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, “maksud bapak?”. “Neng tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis neng di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3 libur, kami ingin neng Wenda datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi.
Seperti hari ini, neng cukup melayani kami 2 jam saja. Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti. Neng harus datang, karena kalo tidak wali kelas neng bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Ucok?” jelas Kuncoro panjang lebar. Pak Ucok mengiyakan dan berkata, “benar Wenda. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari-cari.
Jadi sebaiknya kamu jangan macam-macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu”. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah. Oh Tuhan.. kau ambil saja nyawa ini.
bermain sex dengan enam laki-laki yang ada di sekitarku ini… Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang. Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih-tatih ke supercar miliku Bugatti Veyron, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai-ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.
***Cerita Dewasa***
Sampai di rumah, sekitar pukul 22:49, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku.
Roti ini benar-benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti-hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar.
Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku.
Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat.
Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk.
Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas iblis-iblis yang tadi menggangbang aku.
*** Cerita Dewasa ***